Sabtu, Juli 11, 2009

Hakikat PEMIMPIN

Pemimpin Itu adalah Pelayan

Menjadi pemimpin tidak hanya menerima amanat rakyat, tapi juga menerima amanat Allah. Dengan begitu, para pemimpin itu pada hakikatnya adalah mereka yang berperan sebagai pelayan rakyat sesuai dengan iradah Allah swt. Pemimpin yang mengkhianati dan menodai hak rakyatnya, berarti menghujat dan mengabaikan amanat Allah.

Khalifah Umar bin Abdul Azis seringkali bekerja di malam hari menyelesaikan tugas-tugas kenegaraan yang tidak sempat diselesaikannya di siang hari. Suatu ketika, putra beliau memasuki kamar kerjanya seraya berkata, ''Saya ingin membicarakan masalah pribadi dan keluarga yang sangat penting dengan Ayah.''

Mendengar ucapan putranya itu, Umar bin Abdul Azis lalu mematikan lampu minyak yang menerangi kamar kerjanya sehingga menjadi gelap gulita. Kemudian ia berkata kepada putranya, ''Anakku, engkau pasti heran kenapa aku matikan lampu ini. Ketahuilah, engkau datang untuk membicarakan urusan pribadi, sedangkan lampu minyak itu milik rakyat. Betapa kita harus mempertanggungjawabkannya di hadapan Allah kelak, ada pemimpin rakyat membicarakan masalah pribadi keluarganya sambil memakai fasilitas rakyat.''

Apa yang dilakukan Umar bin Abdul Azis adalah sikap adil seorang pemimpin yang membuktikan tanggung jawabnya sebagai pelayan umat dan sekaligus melaksanakan amanat dan kecintaan Allah yang telah memilihnya sebagai khalifah. Untuk tipikal pemimpin seperti itu, Rasulullah bersabda, ''Orang-orang yang berlaku adil, kelak di sisi Allah berada di atas mimbar cahaya. Mereka itu adalah orang-orang yang berlaku adil dalam memberikan hukum kepada keluarganya dan kepada rakyatnya.'' (Bukhari Muslim) Alangkah indahnya hidup yang dibayangi oleh keteduhan Alquran dan Sunnah Rasulullah. Misi kepemimpinannya bukan untuk menampakkan raut wajah seorang 'penguasa' tetapi dia tampakkan hati nuraninya yang paling bening dan menyejukkan. Karena bagi dirinya: pemimpin itu adalah pelayan umat.

Menjadi pemimpin bukan mencari kekayaan, tetapi pengabdian. Menjadi pemimpin berarti melaksanakan ibadah yang paling berat untuk mengemban amanat rakyat dan Allah. Dia selalu membersihkan batinnya, karena dia sadar bahwa niat yang tidak lurus bisa menjadikan kekuasaan sebagai komoditas yang murah, dan bukan tidak mungkin tergoda untuk menipu atau membohongi rakyat demi kepentingan dirinya. Dalam hal yang terakhir ini, Rasulullah saw bersabda, ''Tiada seorang hamba yang diberi amanat Allah untuk memimpin rakyat kemudian menipu mereka, melainkan Allah mengharamkan sorga baginya.'' (Bukhari Muslim).

Buat Para Pemimpin di masa sekarang, paradigma pemimpin adalah Bos (semua tinggal tunjuk, tinggal perintah..'minta berkasnya dong!', gimana urusan A..B..C beres?' .." pokoknya bos tau beres ajah.
sangat menyimpang dari konteks 'Pemimpin sejati'....Contoh yg paling Ideal adalah Nabi Muhammad SAW.

Kamis, Juli 09, 2009

MENCARI BENANG MERAH

Kisah seorang ‘kutu loncat’
yang meniti karier secara impulsif

Pengalaman dan karirku memang tidak ada benang merahnya. Hal ini mungkin disebabkan karena aku adalah orang yang impulsif, sehingga semua pilihan dalam hidupku adalah spontan. Semua mengalir tanpa perencanaan.

Saya diterima di UNAIR-Surabaya bersama rekan-rekan angkatan 1993 dan memilih Fakultas Ekonomi jurusan Study Pembangunan. Sebenarnya tidak ‘favorit’ bagi mahasiswa ekonomi yang memilih jurusan SP, tapi krn saat itu UMPTN diterimanya di jurusan tsb akhirnya dijalani saja. Selama 2 semester di jurusan SP Fak. Ekonomi Unair, saya menjalani dg setengah-setengah, dlm benakku, ”mau jadi apa besok lulusan Study pembangunan..jadi pengamat ekonomi?, jadi menteri Ekonomi?, sempit lapangan kerja…”, dan syukur meski menjalani dengan setengah-setengah tapi menurut temen2, saya termasuk unggul dlm kuliah.

Suatu ketika menjelang UMPTN ’94 (tahun berikutnya), saya di rumah didatangi seseorang mahasiswa dari ITS, anak angk’89 (anak tua), entah dia tau darimana kalo saya mampu memecahkan soal UMPTN dg toleransi kesalahan hanya 10%, kemudian dia menawarkan ‘bisnis’ yg biasa disebut ‘joki’ UMPTN, singkatnya ‘deal’.. saya sbg ‘maskot/master’, sebutan bagi joki wkt itu. Kami bersama rombongan bersama-sama lgs berangkat ke Solo, disana, kami (Maskot dan pasien dikarantina dg mempelajari tehnik transfer jawaban). Waktu itu saya handle semua soal IPC – minus matematika IPA (ada master khusus utk itu). Selama kurang lebih satu minggu kami di training transfer jawaban, akhirnya kami beraksi. Sewaktu saya beraksi iseng2 saya pilih jurusan Akuntansi Unair (anyway, yg saya pikirkan pasien2 saya yg keterima masuk PTN). Kami masuk dalam ruangan jadi satu dg pasien (entah bagaimana panitia/koordinator bisa membuat kami satu ruangan).
Tes dimulai dan saya mulai memecahkan soal2 UMPTN dlm waktu yg sesingkat-singkatnya dengan akurasi jawaban 90% benar. Giliran panitia/coordinator yg bekerja, mereka yg transfer jawaban ke para pasien.
Saya sempat menduga ada kesalahan tehnis pada proses transfer jawaban krn pihak coordinator,terlihat bingung dan kikuk ketemu saya.

Alhasil, setelah pengumuman hasil UMPTN dibuka. Saya kaget minta ampun krn justru Saya yg diterima di Jurusan Akuntansi Unair, sedangkan para pasien yg jumlahnya +10 org tidak ada yg diterima.
Setelah saya konfirm ke coordinator joki, dugaan saya benar, ada kesalahan tehnis, yg menyebabkan jawaban dari saya tdk bisa diterima dg baik oleh para pasien atau saya pikir,”keterlaluan pasien2 ini,tinggal nyontek aja tdk becus, gitu kok mau masuk PTN, mentang-mentang anak org kaya”.
Setelah UMPTN utk S1, kami (Tim Joki) terus merambah ke D3 Poltek Elektro ITS dan D3 Unair, disitu kami sukses telak, dari 30 pasien semua diterima di jurusan yg dikehendaki masing2.

Akhirnya, untuk yang kedua kali saya terdaftar sbg mahasiswa Ekonomi UNAIR, kali ini jurusan Akuntansi ’94 ‘yg notabene jurusan favorit’ (meskipun di DIII poltek elektro jg diterima).

Tahun berikutnya UMPTN’95, saya sudah dikenal oleh jaringan joki sbg ‘maskot’ yg handal, saya ditawarin lagi (pihak lain-anak ITS juga) utk jadi ‘master’ lagi…’Deal’..
Kami beroperasi di Malang, dengan metode yg kurang lebih sama dg tahun sblmnya, kami sukses berikut dengan ujian penerimaan D3 nya.

Singkat kata, saya terbuai dg bisnis ‘easy money’dengan modal otak encer, akibatnya kuliah saya terbengkalai, saya jadi tukang bolos kuliah..sampai akhirnya saya kena evaluasi 2 tahun kedua (program Unair, dalam 8 semester harus terlampaui sejumlah sks), alhasil saya turun ke DIII dan saya memilih jurusan Manajemen Pemasaran. Hampir habis SKS yg harus saya tempuh,..(entah apa yg ada dlm benak saya…), saya memutuskan ‘merantau’ ke Jakarta tanpa mengajukan ijin cuti ke pihak kampus.
Akhir perjalanan pendidikan saya berakhir tragis, krn saya ‘malang melintang’ di Fakultas Ekonomi Unair : tahun 1993 – Jurusan Study Pembangunan; tahun 1994 – Jurusan Akuntansi; tahun 1998 – DIII,Manajemen Pemasaran…Tapi saya tidak pernah bisa lulus, tidak ada ijazah…tidak pernah ada ‘pengakuan’. Sampai sampai ada olok-olokan temen2 saya,”kamu itu pinter tp bodoh…yg penting itu LOLOS ki’ bukan lulus..”. Nasib pendidikan formal saya bener2 terpuruk, sehingga saya sempet stress dan down berat sampai sempet terjerembab dalam ‘drugs’.

Dalam perantauanku di Jakarta, masih ada teman2ku yg sayang kepadaku, karena mereka saya dapat lepas dari jeratan ‘drugs’.


Sedikit demi sedikit saya mulai bangkit dari keterpurukanku, saya bekerja di bidang entertainment tidak lama kemudia saya BOSAN, kemudian saya diterima di PT. Astra International, seperti sebelumnya juga tidak bertahan lama (entah apa yang bergejolak dalam otak ku), dan dilanjut pindah2 kerjaan berbagai macam bidang, kemudian pindah lagi ke bidang EO..dan kembali tidak bertahan lama juga dengan dalih2 dlm kepalaku yang sebenarnya adalah pembenaran dari, ‘BOSAN’….
Sampai sekarang, sejak April 2008 saya bekerja di perusahaan konstruksi di bidang elektrikal mekanikal……………dan saya masih merasa ‘disini bukan pelabuhan karir ku’…

“TERLALU BANYAK LOMPATAN DALAM HIDUPKU…………….

Ada apa dengan Saya??????

Dalam Otak saya yg ‘Impulsif’: Berpikir terlalu jauh pada saat masih dini (blm waktunya), mentalitas yang terganggu dengan dipengaruhi pemikiran2 kritis yg tidak pada tempatnya…
Membuat saya tidak pernah menemukan duniaku…..